Bagaimanakah sejarah Prabu Kian Santang Garut? Nama Prabu atau Raden Kian Santang mestinya sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Ya, tokoh sejarah yang satu ini sudah dibuat serinya dan ditayangkan di salah satu stasiun TV swasta di negeri ini.
Prabu yang satu ini juga sering diidentikkan dengan Kota Garut. Hal ini karena adanya makam yang dipercaya sebagai makam Prabu Kian Santang di kota ini. Maka, tidak heran jika banyak peziarah dan tempat makan di Garut berada di sekitar lokasi makam.
Keluarga Prabu Kian Santang
Namun, siapakah sebenarnya Prabu Kian Santang itu? Prabu Kian Santang memiliki beberapa nama panggilan seperti Raden Sanggara atau Syeh Rohmat Suci. Beliau merupakan salah satu putra dari Prabu Siliwangi, Raja Kerajaan Pajajaran. Sementara itu, ibunya bernama Nyi Subang Larang.
Dari pernikahan dengan Nyi Subang Larang, Prabu Siliwangi dikaruniai 3 orang anak, yaitu Pangeran Cakrabuana, Rara Santang, dan Prabu Kian Santang sebagai anak bungsu. Kakak perempuannya, Rara Santang adalah ibu dari Sunan Gunung Jati.
Jabatan Sebagai Dalem Bogor
Pada usia 22 tahun, Prabu Kian Santang dipercaya menjabat sebagai Dalem Bogor yang kedua dalam sejarah Kerajaan Pajajaran. Upacara penobatan beliau diadakan bersamaan dengan pengangkatan Prabu Munding Kawati sebagai Panglima Besar Pajajaran. Prabu Munding Kawati sendiri merupakan putra sulung dari tokoh Pajajaran terkenal bernama Prabu Susuk Tunggal.
Berdasarkan sejarah Prabu Kian Santang Garut, peristiwa penobatan ini merupakan peristiwa yang sakral dan istimewa. Oleh sebab itu, Prabu Susuk Tunggal mengabadikan momen tersebut dengan menuliskannya pada sebuah batu. Hingga saat ini, batu tersebut masih ada dan terkenal dengan nama Batu Tulis Bogor.
Kisah Prabu Kian Santang dan Sayyidina Ali bin Abi Thalib
Ada kisah yang menarik yang tersebar di masyarakat Jawa Barat mengenai Prabu Kian Santang. Kisah ini menceritakan tentang rasa penasaran sang prabu terhadap salah satu tokoh umat Islam, yaitu Sayyidina Ali bin Abi Thalib.
Prabu Kian Santang sangat terkenal dengan kegagahannya. Bahkan digambarkan bahwa pada saat itu, tidak ada yang bisa menandingi kegagahannya. Apabila bertarung melawan ksatria lainnya, konon Prabu Kian Santang tidak pernah terkalahkan.
Menyadari hal ini, sang prabu bertanya-tanya apakah benar-benar tidak ada yang sanggup mengalahkannya di luar sana. Ia bahkan meminta kepada ayahnya untuk mencarikan lawan yang sepadan. Prabu Siliwangi kemudian meminta para ahli nujumnya untuk menunjukkan siapakah orang yang mampu mengalahkan putranya.
Seorang kakek kemudian datang dan mengatakan bahwa yang mampu menandingi kegagahan Prabu Kian Santang adalah Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Sayyidina Ali sendiri tentunya sudah wafat pada saat itu. Untuk itu sang kakek memberi 2 persyaratan, yaitu prabu harus bersembahyang dahulu di barat dan harus dalam keadaan bersih.
Mendengar nasihat tersebut, Prabu Kian Santang berangkat ke tanaj suci Mekah. Ajaibnya, konon beliau benar-benar bertemu dengan Sayyidina Ali walausucisang prabu awalnya tidak menyadari. Demikianlah sejarah Prabu Kian Santang Garut yang dipercaya banyak orang.